Minggu, 22 Januari 2017

MENUMBUHKEMBANGKAN SIKAP DAN PERILAKU POSITIF SISWA
TERHADAP LINGKUNGAN
 Jufri Nur, Guru SMA Negeri 1 Pammana
===================================================================

                   Kekhawatiran terhadap permasalahan lingkungan karena terjadinya berbagai kerusakan lingkungan, seperti menurunnya kualitas dan daya dukung lingkungan, terjadinya pencemaran, dan pemanasan global. Lebih menyedihkan lagi dengan suatu realita sosial pada rendahnya tingkat pendidikan, tingginya kemiskinan dan pengangguran.
          Kerusakan lingkungan hidup  erat kaitannya dengan tingkat pengetahuan, sikap, perilaku, sosial dan budaya masyarakat. Dalam hubungan ini,  pendidikan memegang peranan yang sangat besar. Melalui pendidikan manusia dapat memperoleh pengetahuan secara sistematis dan terarah. Kemudian dengan pengetahuan yang  dimiliki tersebut diharapkan dapat melahirkan kesadaran dan sikap yang lebih baik, yang  pada akhirnya akan membuahkan perilaku positif yang selaras dengan alam.
          Kebodohan dan keserakahan manusia bisa mengakibatkan lingkungan hidup menjadi ancaman bagi kehidupannya. Sedangkan kearifan bisa mengakibatkan lingkungan hidup lebih lestari dan serasi. Kebodohan dan keserakahan menunjukkan tingkat akal dan akhlak yang masih rendah, sedangkan kearifan mencerminkan perpaduan akal dan akhlak yang tinggi, pengalaman hidup yang luas (Sandy, 1996). Akal memungkinkan kita untuk mengatakan apa yang bisa dan apa yang tidak bisa kita lakukan, sedangkan akhlak menuntun  kita kepada apa yang boleh dan apa yang tidak boleh kita perbuat. Kearifan menunjukkan kepada kita apa yang patut dan apa yang tidak patut kita perbuat.
          Kasus-kasus terganggu dan rusaknya lingkungan hidup yang makin lama makin meningkat baik dari segi kualitas dan kuantitas, misalnya pembakaran hutan, pencemaran sungai, penebangan liar, banjir, musnahnya beberapa  spesies tumbuhan atau hewan.  Semuanya ini terjadi akibat pemanfaatan sumber daya alam oleh manusia, yang tidak mempertimbangkan kelestarian lingkungan.
          Kerusakan lingkungan akibat ulah dan perbuatan manusia umumnya disebabkan oleh:
1). Ketidaktahuannya, misalnya memanfaatkan sungai sebagai kakus.
2). Desakan kebutuhan hidup, misalnya penebangan kayu terus menerus karena dibutuhkan dalam pembakaran gamping atau batu-bata yang telah menjadi pekerjaan dan penghasilan keluarga.
3). Kurangnya pengetahuan tentang keseimbangan komponen dalam ekosistem, misalnya penggunaan potas, bom, atau racun untuk mencari ikan.
4). Rendahnya kepedulian terhadap kelestarian lingkungan, misalnya industri yang membuang limbahnya terus-menerus tanpa mempertimbangkan akibatnya terhadap lingkungan.
5). Kurang memasyarakatnya ketentuan hukum tentang lingkungan hidup serta kurang tegasnya penerapan sanksi hukum bagi pelanggar (Suranto, dkk. 1993)
          Sebagai tenaga pendidik pada tataran persekolahan formal, kenyataan rendahnya kepedulian masyarakat (termasuk siswa) terhadap lingkungan tentu mengundang keprihatinan yang dalam. Sebab guru memegang peranan yang sangat besar, dan bertanggung jawab dalam proses pembentukan karakter anak bangsa. Oleh karena itu, guru senantiasa dituntut berkreasi untuk mengoptimalkan mutu proses belajar mengajar yang dilakukan.
          Tujuan umum Pendidikan Lingkungan Hidup adalah untuk membina peserta didik agar memiliki pengertian, kesadaran, sikap dan perilaku yang rasional serta bertanggung jawab  tentang pengaruh timbal balik antara manusia dengan lingkungan hidup dalam berbagai aspek kehidupannya (Hammado Tantu, 1990).
          Untuk mencapai tujuan tersebut tidak cukup dengan melakukan pembelajaran secara konvensional, yakni pembelajaran yang hanya menitikberatkan kepada pemberian informasi berupa pengetahuan yang mengacu kepada aspek kognitif saja, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan lingkungan yang dimiliki oleh peserta didik dapat diimplementasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga  peserta didik dapat berinteraksi langsung dengan kondisi nyata lingkungan. Peserta didik harus didekatkan dengan keadaan nyata lingkungan yang dapat dirasakan, dilihat dan diamatinya sendiri, sehingga  proses internalisasi berlangsung secara wajar dalam dirinya tanpa merasa dipaksa. Aspek afektif dan psikomotor harus mendapat prioritas utama dalam proses  pembelajaran lingkungan, sebab sesungguhnya masalah lingkungan  adalah masalah sikap dan perilaku manusia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar